Kamis, 25 Maret 2010

hey manis

aku baru merangkak dalam perjuangan…
bertatih dan bangun..
jatuh dan bangun seperti semula…

catatan ini sebuah kelengkapan dari seuntai rasa yang tercabik tapi disatukan oleh waktu,
cinta itu tidak semahal Gunongan yang dipersembahkan Iskandar Muda untuk Kamalia abad ke-17 M, walau tak semahal puasara Taj Mahal yang dibangun di abad ke-17 M oleh Raja Shah Jahan untuk kuburan istrinya Mumtaz Mahal, namun catatan cintaku padamu yang kutulis di Facebook itu tidak kubangun dengan penindasan seperti para raja tersebut. Aku membuat catatan cinta untukmu dengan airmataku sendiri, tidak kukatakan dengan darah, tepatnya itu adalah serpihan luka yang telah direkam waktu, serpihan luka dari kepingan hatiku yang rentan.
Telah berapa banyak kukirimkan salam untukmu, aku sebutnya sebagai salam dari pengirim tak beralamat karena angin malam tak bisa tahu alamat orang, tapi ia tahu alamatmu, karena kau begitu mudah dikenalnya. Angin malam mudah saja mencari seorang sepertimu yang pipinya sering memerah yang memancarkan pesona.Matamu yang indah meneduhkan hatiku.. senyum mu yang menawan hingga kau pun ku panggil Hey Manis…!!! Percintaan kita tidak punya cemara di pinggir pantai, apalagi pantai cinta. Tepatnya, hubungan kita tidak bisa disebut percintaan, begitulah aku yang lebih suka menceritakan tentangmu daripada ceritakan tentang diriku sendiri, karena bagiku cerita tentangmu lebih penting ketimbang cerita hidupku sendiri.

Seperti nyanyian cinta tadi, aku pun bisa yakinkan beberapa tokoh di negeri kita untuk lakukan sesuatu demi rakyat, tapi aku tak mampu yakinkan dirimu bahwa aku cinta padamu. Aku bisa taklukkan tokoh di balik beberapa peristiwa, tapi aku tak bisa taklukkan hati seorang perempuan, seorang gadis yang kupanggil hey manis…!!!. Kenyataan ini ajariku bahwa kebanggaan secara berlebihan pada sesuatu tidak pantas disandang siapapun. Yang hebat dan penting menurut seseorang bahkan dianggap tak berguna bagi yang lain.
Hey manis, siapa saja bisa nyanyikan tentang cintanya yang tak pernah sampai. Kaupasti ingat kala badai dan riak tak lagi sekeras kemarin, mungkin yang kau dan aku cari sebuah ruang dalam kesunyian jiwa masing-masing. Kautahu kesunyian adalah seperti lipatan baju hijau yang kaujahit lalu kau tak tahu ia akan tutupi tubuh cantik siapa.
Hatiku kadang rentan bagai kain yang ditusuk jarum, tiada yang pastikan akan berbentuk apa setelah itu selain penjahitnya. Hey Manis, mungkin tubuhmu terbungkus tasbih menuju mihrab yang kautunggu di antara cerita cinta yang terpenggal. manis, hari-hari dalam hidupmu dan hidupku begitu cepat berpamit, malam pergi tanpa berpesan, dan fajar datang tanpa menjawab pertanyaan kita.
Hey Manis, ingin kurengkuh tapi kau begitu jauh, ingin kudengar suaramu, namun ia disamarkan musim. Hey Manis, telah kaubangun sekat dan hanya kau yang bisa meruntuhkannya untuk membebaskan hatimu dari penjara yang kaubangun sendiri. Pun untuk bebaskan hatiku dari sisa cerita luka yang belum pun sembuh. Ini hanyalah catatan cintaku untukmu kala cinta itu kian tak kumengerti dan mungkin kau anggap sirna bersama berlalunya setiap senja merah.
Hey Manis, bagiku tidak mudah dapatkan cinta sejati dan jatuh cinta lebih tidak mudah. Entah berapa musim dan tahun lagi harus kunanti, entah berapa catatan lagi harus kutulis, entah berapa orang lagi harus mendengarkan pengaduan perasaanku padamu, hanya kau yang tahu, hey Manis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar