Kamis, 25 Maret 2010

aku, yang kau tinggalkan perlahan-lahan

Seharusnya aku tau…. Hingga aku tak pernah berharap lebih padamu.. seharusnya aku mampu mengendalikan rasa ini, karena aku tau ending nya akan selalu begini, dengan siapapun wanitanya.. seharusnya aku mengerti, bahwa angan-angan untuk menjadi seorang imam dalam keluarga hanya ilusi kosong.

omong kosongkah aku ketika berbicara soal harapan yang selalu ada? Terlalu berlebihan kah aku ketika berbicara tentang masa depan yang bisa kita raih ? memang tampak tak nyata bagimu, tapi buatku.. itulah yang ingin kuraih bersamamu..

Aku tetaplah seorang pecundang, yang selalu kalah oleh cupid, sang dewi cinta, kalah karena ku selalu terpanah oleh panah asmaranya yang membuatku selalu terbang terbuai angan-angan. Terlena terbang tinggi hingga ketika kusadar.. aku jatuh terhempas kebumi dengan kerasnya. Hancur.. maka jadilah aku sehancur-hancurnya bagai abu terbang tertiup angin tanpa bekas tak bersisa. Hanya menyisakan perih. Menyesakkan dada

Ah.. mengapa selalu begini.. mengapa selalu saja kisah ini berakhir pilu. Kisah ini tak pernah berending manis untuk ku. Selalu dan selalu, lagi dan lagi aku harus merasakan getir dan pahit nya cinta. Mengapa selalu aku menjadi kurawa yang kalah perang dan pulang menanggung malu dengan coreng moreng di muka ?

Aku seperti prajurit kalah perang. Pulang tanpa punya kehormatan sebagai lelaki, pulang tanpa punya rasa kebanggaan pada dirinya sendiri..

Akhirnya memang aku tak menjadi qais sang majnun yang rela menunggu hingga ajal menjemput di kuburan sang kekasih, laila. Aku juga bukan romeo yang menyusul Juliet nya ke alam baka. Aku tetaplah seorang pecundang.. pecundang dan pecundang yang selalu kalah dan ditinggalkan cinta. Yang mencoba untuk tetap menunggu kembali wanita yang dicintai dengan sepenuh hati nya itu.

kemudian kau pun melangkah pergi.. pergi seolah-olah tak pernah ingin kembali..

Aku mengerti keputusan yang kau ambil sayang.. mungkin ini refleksi dari sekian banyak kekecewaan mu padaku yang bertumpuk menjadi satu.. Sayang.. aku tak pernah sakit hati atas keputusan mu.. aku tak pernah bisa membenci mu.. aku tak pernah bisa melupakan mu.. aku tak bisa membunuh rasa sayang ini…aku mengerti sayang… aku sangat mengerti.. bahwa engkau lebih memilih dia dari pada aku…

Biarlah aku tetap begini.. karena begini lah aku.. tak sempurna..
karena beginilah aku selalu membuat orang yang kucintai kecewa.
Karena beginilah aku..yang mencintai mu dengan tulus yang aku punya…dengan caraku sendiri..

Aaaaahhh…entahlah… entahlah… aku tak mengerti apa yang berkecamuk di benak ku saat ini. Ingin rasanya menghilang menutupi muka ku yang penuh dengan rasa malu ketika semua mata menatapku. Seolah-olah semua berkata ketika meihatku.. “hey itu pecundang.. lihatlah pecundang itu..” dan mereka pun tertawa terbahak-bahak melihatku yang tersudut dan tak mampu berbuat apa2..

Akhirnya.. hanya sepilah teman sejatiku… karena dia selalu ada ketika aku membutuhkannya.. sepi tak pernah meninggalkan ku. Selalu saja menemani dan mengintai ku dengan setia
Hanya Rabb ku lah kekasih sejati ku.. karena dia tak pernah meninggalkan ku dalam kondisi apa pun…

Ya Rabb..ampuni aku.. yang telah meminta kepadamu dalam sujud ku dengan berurai air mata di malam-malam panjang ku. Meminta agar dia kau ciptakan hanya ditakdirkan untuk hidup bersama ku.

Ya Rabb..ampuni aku yang bodoh dan tak mengerti setiap kejadian yang menimpaku adalah niat baik Mu.. karena Engkau lebih tau apa yang aku butuhkan.

kini hatiku semakin terpatri, bahwa aku memang ditakdirkan untuk sendiri. Aku belum diizinkan-Nya menyempurnakan iman ku. Karena hingga kini aku tak tau apa yang Dia rencanakan untuk hidup ku. Aku tak mampu menyingkap LAUH MAHFUDZ. Aku hanya menjalankan apa yang di perintahkan Rabb ku, berusaha, berusaha dan terus berusaha sertai doa lalu ikhlaskan semuanya. Kini.. aku pada tahap akhir dari perjalanan usahaku.. ikhlaskan.. ikhlaskan.. demi nama_Mu ya Rabb aku ikhlas... hingga kau ambil nyawaku saat ini pun aku ikhlas.. aku tak kuasa memahami apa yang Kau rencanakan untuk hidup ku, walau aku tak pernah berputus asa atas rahmat-Mu. Astaghfirullah…

Kini ya Rabb.. biarkan lah aku tetap sendiri sepanjang sisa usiaku.. biarkan kesendirian dan kesepian ini membunuh aku secara perlahan dan menyakitkan. Please ya Rabb.. biarkan aku merasakan tenang nya jeda ini..

Tapi ya Rabb.. bila masih memungkinkan.. aku ingin hidup bersama dia..kekasih yang kucintai karena Mu. Bawalah kembali takdir-takdir cintanya pada ku..ikatlah kami dalam ikatan suci pernikahan yang Engkau ridhai.. amiin..

Waktu terus berlalu.. ada cinta yang datang dan pergi, ada jiwa yang hidup dan mati, semua hannya menunggu waktunya tiba… siapkah kita?


Aku.. yang kau tinggalkan perlahan-lahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar