Selasa, 13 Juli 2010

ranting yang patah..

Bulan ku,
Malam ini kamu kulihat indah sekali
Hitamnya langit begitu pekat,
Satu-satunya yang menerangi cuma merahnya sinarmu

Kamu tetap sama seperti bulan-bulan yang silam
Dan kamu akan tetap sama esok, lusa, dan tahun depan
Kadang sekali-sekali kamu tersenyum mengejek melihat aku terduduk lesu dipinggir jembatan ini
Kadang pula, kamu tersenyum manis seperti sedang menghiburku…
Sobat ku bulan,
Malam ini hati ku sedang patah..
Dan malam ini.. aku hanya bias duduk diatas jembatan ini..
Tanpa ada yang menemani selain dirimu..

dan sekarang ini aku tak tau harus bagaimana
Yang aku tahu, aku sedang memandangimu
Ditemani angin bergerisik yang seharusnya dingin menusuk tapi kenyataannya kok gerah
Ditemani motor ku yang tak lagi bias melaju kencang

Aku cuma sedang berpikir sobat,
Dulu, aku selalu memandangimu dengan perasaan paling melankolis yang aku bisa
Bisa paling hancur, tersayat, patah, pecah, atau entah apa pun kata yang bisa menggambarkan perasaan.
Dan sekarang pun tetap begini.

Tapi sekarang aku bertanya, kemana perginya?
Kosong nggak, tapi isi juga nggak.
Padahal aku sedang ingin bersedih-sedih ria, berpatah-patah ria
Aku cuma kuatir, sobat, batang ranting kuncup daun itu telah patah

Sehingga tak akan ada lagi kuncup-kuncup daun berikutnya
yang berharap akan muncul mahkota mawar atau harum melati di sana

Semoga tidak.
Semoga batang itu tetap ada dan masih bisa berharap,
Seperti aku yang berharap bisa menontonmu besok, lusa, bulan depan, tahun depan.
semoga.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar